Senin, 04 Februari 2013

Pitra Yadnya

1. Pitra Yadnya terdiri dari empat tahapan upacara, yaitu:
  1. Ngaben: melepaskan ikatan roh pada tubuh manusia (panca mahabhuta)
  2. Nyekah/ Ngroras: melepaskan ikatan roh pada pengaruh panca indria (panca tanmatra)
  3. Mepaingkup: menstanakan roh di sanggah pamerajan
  4. Meajar-ajar: ‘nangkilang’ roh ke pura-pura tertentu
2. Diantara proses ngaben dan nyekah, ada upacara nyegara-gunung, tujuannya adalah mensucikan roh ke segara dan memohon anugrah ke gunung sebagai sumber kemakmuran.
Pura-pura yang biasa dituju untuk upacara nyegara gunung misalnya: goa lawah, tanah lot, pulaki, ponjok batu, silayukti, rambut siwi, dll.
3. Pura-pura yang dituju dalam upacara meajar-ajar adalah: lempuyang, silayukti, dasar bhuwana – gelgel, dan besakih.
4. Upacara mendak nuntun Dewa Hyang dilakukan tidak dalam rangkaian Pitra Yadnya. Upacara ini hanya satu kali saja dilakukan, yakni di saat membangun pelinggih Dewa Hyang atau Raja-Dewata di sanggah pamerajan.
Prosedurnya: nuntun di Pura Dalem Puri, Besakih, kemudian dilanjutkan dengan nangkilang ke Pura-pura tertentu, dalam perjalanan kembali pulang.
5. Rangkaian upacara di beberapa soroh dan beberapa desa ada yang berbeda, sebabnya:
  1. kurang memahami makna upacara-upacara dimaksud.
  2. mengikuti dresta yang juga tidak diketahui sumber sastranya yang tepat.
6. Upakara yang digunakan dalam upacara-upacara itu, tergantung kemampuan masing-masing. Upakara/ banten yang minimal: pejati. Bila dananya cukup, boleh menggunakan suci agung dengan ulam bebek dan mesalaran.



Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

thx untuk komentarnya :)