Sesangi disebut sebagai “bebeligan”
artinya tergelincir, maksudnya keliru. Disebut juga “saud atur” artinya
salah ucapan, maksudnya juga keliru. Keliru yang bagaimana?
Keliru dalam menjalin hubungan kasih
sayang kepada Hyang Widhi. Kasih sayang kepada Hyang Widhi disebut
BHAKTI. Cara kita ber-bhakti yang benar adalah dengan meresapi dan
menjalani kehidupan sesuai dengan aturan-Nya.
Perhatikanlah Mantram Gayatri, Puja
Trisandya, Kramaning sembah. Tidak ada satu kata pun yang berbentuk
sesangi. Inti segala doa adalah semoga Hyang Widhi yang Maha Kuasa
memberikan petunjuk kepada kita di jalan Dharma, serta mohon pengampunan
atas pelanggaran-pelanggaran Trikaya parisudha.
Dengan mesesangi, secara tidak sadar
anda mengungkung atman kepada kondisi keterikatan. Di sinilah letak
kekeliruannya. Mestinya segala aktivitas didorong atau dimotivasi oleh
niat melaksanakan Dharma sebaik-baiknya, tanpa memikirkan atau
menghayalkan hasilnya.
Ingat catur purusha artha: DHARMA,
ARTHA, KAMA, MOKSA. Dharma hendaknya dilaksanakan terlebih dahulu,
karena dengan Dharma Hyang Widhi akan melimpahkan karunia-Nya berupa
Artha, kemudian dengan Artha manusia bisa memenuhi Kama (kebutuhan
hidup: sandang, pangan, papan, dll).
Ketiga unsur itu yang dapat mengantarkan
manusia ke alam Moksa. Jadi singkatnya, dengan mesesangi anda
terperosok dalam motivasi: RESULT ORIENTED, bukan PROCESS ORIENTED.