Senin, 04 Februari 2013

Hubungan Seks di Luar Nikah Menurut Hindu

Prinsipnya, hubungan seks di luar nikah oleh agama manapun dilarang. Bagi pemeluk Hindu di Bali, diuraikan dalam Trikaya Parisudha tentang Kayika, yang disebut: “tan paradara”. Pengertian tan paradara ini diartikan luas sebagai menggoda, bersentuhan seks, berhubungan seks, bahkan menghayalkan seks dengan wanita/ lelaki lain yang bukan istri/ suaminya yang sah. Dalam kitab-kitab suci antara lain Manawadharmasastra, Sarasamuscaya, dan Parasaradharmasastra,...

Bolehkah Dalam Keadaan Hamil Mengikuti Upacara Potong Gigi?

Ibu-Ibu/ Wanita yang sedang hamil tidak dibolehkan melakukan upacara potong gigi/ mepandes. Dasar acuannya: Lontar Catur Cuntaka. Penjelasan: 1. Mepandes adalah suatu upacara yang menyebabkan diri cuntaka. Lamanya cuntaka, saat dia naik ke bale petatahan, selama metatah, dan sampai selesai, diakhiri dengan mabeakala. Setelah mabeakala barulah cuntakanya hilang. Prosesi itu memakan waktu antara 1-2 jam. Walaupun masa cuntaka itu singkat, tetap...

Sesangi

Sesangi disebut sebagai “bebeligan” artinya tergelincir, maksudnya keliru. Disebut juga “saud atur” artinya salah ucapan, maksudnya juga keliru. Keliru yang bagaimana? Keliru dalam menjalin hubungan kasih sayang kepada Hyang Widhi. Kasih sayang kepada Hyang Widhi disebut BHAKTI. Cara kita ber-bhakti yang benar adalah dengan meresapi dan menjalani kehidupan sesuai dengan aturan-Nya. Perhatikanlah Mantram Gayatri, Puja Trisandya, Kramaning...

Upacara Tiga Bulanan dan Otonan

Urutan upacara: Ayah dan ibu bayi mebeakala dengan tujuan menghilangkan cuntaka karena melahirkan. Nyama bajang dan kandapat “diundang” untuk dihaturi sesajen sebagai ucapan terima kasih karena telah merawat bayi sejak dalam kandungan sampai lahir dengan selamat. Tattwa yang sebenarnya adalah syukuran kehadapan Hyang Widhi atas kelahiran bayi. Si Bayi natab banten bajang colong, artinya menerima lungsuran (prasadam) dari “kakaknya”, yaitu...

Pitra Yadnya

1. Pitra Yadnya terdiri dari empat tahapan upacara, yaitu: Ngaben: melepaskan ikatan roh pada tubuh manusia (panca mahabhuta) Nyekah/ Ngroras: melepaskan ikatan roh pada pengaruh panca indria (panca tanmatra) Mepaingkup: menstanakan roh di sanggah pamerajan Meajar-ajar: ‘nangkilang’ roh ke pura-pura tertentu 2. Diantara proses ngaben dan nyekah, ada upacara nyegara-gunung, tujuannya adalah mensucikan roh ke segara dan memohon anugrah...

Nyegara Gunung

Filosofi upacara nyegara gunung: nyegara (ke-segara) mensucikan roh leluhur dengan sapta (7) gangga (air suci), yakni 7 sungai suci di India: Gangga, Sindhu, Saraswati, Yamuna, Godawari, Narmada, Sarayu. Di tempat-tempat tersebut Weda diwahyukan kepada 7 Maha Rsi: Grtsamada, Wiswamitra, Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasista, Kanwa. Oleh karena kita di Bali tidak mungkin nangkilang roh leluhur ke sungai-sungai itu dan dengan pengertian bahwa ...

Om Swastiastu - salam sekaligus doa

Om Swastiastu, merupakan salam pembuka yang biasa diberikan oleh orang bali kepada seseorang yang ditemuinya. Dan saat ini UMAT Hindu di Indonesia, kalau saling berjumpa dengan sesamanya, umumnya mengucapkan Om Swastyastu. Salam umat ini sekarang telah menjadi salam resmi dalam sidang-sidang Dewan Perwakilan maupun pertemuan resmi lainnya, adapun maksud dari salam tersebut adalah sapaan sekalugus doa untuk lawan bicara agar orang tersebut selalu...

Banten Pejati - Cara Membuat Dan Kajian Filosofis

Banten dalam agama Hindu adalah bahasa agama. Ajaran suci Veda sabda suci Tuhan itu disampaikan kepada umat dalam berbagai bahasa. Ada yang meggunakan bahasa tulis seperti dalam kitab Veda Samhita disampaikan dengan bahasa Sanskerta, ada disampaikan dengan bahasa lisan. Bahasa lisan ini sesuai dengan bahasa tulisnya. Setelah di Indonesia disampaikan dengan bahasa Jawa Kuno dan di Bali disampaikan dengan bahasa Bali. Disamping itu Veda...